Senyawa tryptamine yang lebih dahulu beredar adalah golongan halusinogen yang terdapat pada jenis jamur dan beberapa hewan. Jamur psilosibin merupakan jenis tryptamine dari sumber tanaman yang populer pada tahun 1950-an kemudian selanjutnya berkembang turunan tryptamine yang sintetik diantaranya adalah dimethyltryptamine atau populer dengan nama DMT. Tahun 1997 setelah Alexander Shulgin mempublikasikan bukunya yang berjudul TIHKAL (tryptamine, i have known and i love it) yang mempublikasikan senyawa tryptamine, perkembangannya semakin pesat sehingga saat ini banyak jenis yang berkembang diantaranya 5-MeO DMT, 5-MeO-DPT, AMT, 4-AcO-DMT dan 4-AcODiPT, etryptamine dan DET.
Perkembangan NPS jenis tryptamine di Indonesia yaitu dalam campuran tablet ekstasi yaitu alpha methyltryptamine dan 5-MeO-MIPT dan untuk alpha methyltryptamine umumnya terdapat pada tablet ekstasi yang mengandung methylone.
Efek yang dilaporkan terhadap penggunaan jenis ini adalah efek halusinogen dan toksisitas yang berakhir dengan kematian.
Referensi
- Bryan L. Roth, 5-Hydroxytryptamine 2 -Family Receptors (5-Hydroxytryptamine 2A, 5-Hydroxytryptamine 2B, 5-Hydroxytryptamine 2C): Where Structure Meets Function, Pharmacol. Ther.79, (1998), 231–257
- Einosuke, T., et.al.,“A fatal poisoning with 5-methoxy-N, N-diisopropyltryptamine, Foxy”, Forensic Science International, 163 (2006): 152–154
- Skelerov, J., et al, A fatal Intoxication Following the Ingestion of 5-Methoxy-N,N-Dimethyltryptamine in an Ayahuasca Preparation, Journal of Analytical Toxicology, 29 (2005),838-841